DUNIA APA?
Duniaku penuh warna
Duniaku memang indah
Tapi duniaku juga nista
Lantas, aku ini seperti apa?
Seperti malaikat yang begitu mencintai sesama
Begitu menghargai setiap hati siapa
Begitu mengerti kedukaan teman
Begitu mengasihi bagi si pemelas
Tapi begitu pula aku yang hina
Yang penuh kebohongan hati
Yang penuh kebimbangan antara halal dan haram
Yang penuh kepastian pada nafsu
Yang penuh kebahagiaan pada dendam
Lalu…..
Sekali lagi, bagaimana aku ini?
Sungguh…..
Aku takut untuk terus lanjutkan hidup
Yang berpijak pada dua pribadi
Mana yang asli dan mana pula yang palsu?
Jika aku tak tinggalkan hitam, apakah ada sedikit saja pembelaan-Mu?
Namun, jika aku tinggalkan putih, pasti ku jadi penghuni gudang kotor-Mu!
Tapi….aku tak ingin bergandengan dengan mereka yang disebut iblis
Tapi, aku pun tak cukup kuat untuk berjalan lurus menuju-Mu
Di manakah duniaku?
PILU
Perasaan haru……
Sedih menghias tiap relung hati
Mengidap senyap di setiap putaran hari
Munculkan tangis hingga terdengar
Pada hembusan angin
Aku ingin disapa
Walau seteguk yang dirasa
Pelipur hati tak mampu berikan
Namun, aku masih terdiam untuk menuggu nasib
Miskin hati pada bahagia
Karena terus terduduk lesu
Melunglai hingga tak mampu lagi kaki menopangnya
Berharap apa saja yang membawa sunggingan di sudut bibir
Akankah?
Atau hanya pilu juga?
Risau ini terus saja menghampiri diri
Aku tak lagi mampu menanti
Aku ingin habis
Dan penghabisan yang mungkin melegakan
Walau pahit, saat terakhir tak sanggup kuberi
Untuk hidup yang selalu menyakiti
AWAL BARU
Duka memang belum habis
Pikir ini dan itu untuk ketidakpastian
Tak begitu puas, namun….sudahlah!
Biarkan saja, dia memang tak pernah mengerti
Kedukaan ingin aku singkirkan
Hingga pun tak lagi terdiam
Bergeraklah lagi demi hidup puluhan tahun
Masa terus mengejarku….
Aku tak pikirkan lagi dulu
Kini derap langkah malah semakin mengencang
Dan seketika…..
Aku terdiam lagi,
Namun bukan untuk pilu
Seperti dulu yang menggerogoti hati
Ini berbeda…
Inikah itu…?
Dia datang lagi
Terketuk lagi…
Dimulaikah lagi…?
Ya…mungkin saja….!!!
Hmm…sekali ini aku pikir, pasti…!
IBU
Demi hidup seorang aku!
Demi buah cintamu ini
Demi bahagia menjadi genggamanku
Demi harapanmu padaku
Selalu….,setiap waktu-Nya memanggil
Tengadah tanganmu
Ucapkan pinta pada-Nya untuk semua itu
Ibu….
Tangan-tangan sayangmu
Penuh kasih, doa, cinta untukku
Mohon maafku tak putus padamu
Ampunan tingkahku
Tak ingin aku mendurhakaimu
Karena sungguh kau adalah hidupku
Ibu… maaf…
TAK BERBUDI
Ingin ini
Ingin itu
Ingin satu
Ingin dua
Ingin….ingin…ingin…
Tak pernah habis ingin!
Tak puaskah kita dengan apa yang ada?
Tlah habiskah semuanya?
Belum,…
Masih ada ini
Masih ada itu
Masih ada satu
Masih ada dua
Memang belum habis semua!
Jika belum habis,
Kenapa harus mencari puas lagi?
Akankah puas hati
Dengan semua kemubaziran?
Manusia ini memang tak berbudi
Tak pernah puas hati
DIALOG CINTA
Apa itu cinta
Indahkah,
atau hanya sebuah belenggu hitam?
“Setahuku cinta itu pahit, dan tak pernah indah
Memberi pilihan yang sulit
Membenamkan diri pada munafik
Mewarnai setiap langkah pada nafsu
Membimbing datangnya kebencian,kecemburuan, dan penghianatan
Bahkan merubah hidup menjadi pengikut setan!
Tapi aku suka cinta yang seperti itu….nikmat….”
“Ya…itulah cintamu!
Cintaku tak sama seperti cinta busukmu itu.”
“Cintaku tak pernah mengumbar nafsu
Cintaku tak pernah munafik atau memunculkan khianat
Cintaku tak pernah mendatangkan benci ataupun cemburu.”
“Karena cintaku suci, indah dan mulia
Cintaku tak pernah mendatangkan dendam
Cintaku menuntun kita ke jalan yang lurus
Cintaku mengasihi sesama dengan ridho-Nya
Cintaku adalah Al-Muhabbah pada-Nya
Dan kuyakini Dia pun akan memberi cinta yang indah pada setiap hidupku.”
“Aku masih menyanjung sebuah cinta yang datang dari dan karena-Nya
Aku masih peduli memberi cinta pada sesama
Aku tak ingin salah memilih cinta, dan kuyakini, inilah cintaku….
Cinta yang datang dari dan karena-Nya.”
KISAH SERU
Gontai mengayun langkah
Dedaun jatuh turut mengiring
Pandangan melesat berubah ke arah yang jauh
Namun derap terus melaju
Tak mungkin tuk hiraukan
Namun berganti hari
Sampai bertemu pandang
Bertemu jiwa
Seraut memesona hati
Yang tlah hadirkan kisah seru
Kini memikat hasrat yang kian begejolak
MAWAR LAYU
Andai ada yang tau
Andai ada yang mengerti
Aku sendiri
Menyimpan perih
Aku sepi
Layu dan mengering
Tak satupun teman mendampingi
Rumput liar, kotoran hewan,
Belukar
Dan rumah tak berpenghuni
Mengelilingiku
Namun entah apa alasanNya
Hingga ku tak kunjung mati
Hai….yang melintas…
Sirami aku dengan seteguk air
Walau itu air kumuranmu
Oh…..
BAGAIMANA JIWA?
Ingin sekali penuhi segala asa
Bertahan dengan manisnya kenangan
Mimpi yang memberi arti,
Padahal hidup bukan untuk mimpi
Hidup untuk setiap asa-asa pasti
Berjalan walau kabut menghadang
Peluh mengalir deras serta merta derai-derai
Permohonan akan datangnya surga
Walau tuk dirasa cukup didunia
Oh….apakah dunia pun tak mampu berikan padaku?
Kini,
Bagaimana aku?
Kini tak lagi berkeluh,
Walau masih terus kucurkan peluh
Tak lagi berderai lewati pipi hingga basahi tanah
Pantas tuk tengadahkan tangan
Pinta seribu pengharapan pada-Nya
Demi sebuah hembusan napas kehidupan
Laksana keharusan pada jiwa yang bernyawa
TERPIDANA
Pelik….
Sebuah kata indah tuk gambaran hitam
Indah menyinggung hari…
Jeruji rongsok tak mampu menampung lagi
Sesuap nasi tak tergapai
Berlari…
Mengejar, tergopoh-gopoh
Argh….!!!
Mengucur deras…
Hanya untuk yang sejengkal saja
Namun, kosong memang tak tertahan…
CIUT
Dalam raut wajah sembraut
Tiap sudut yang hingar
Aku kini terduduk menepi
Mencari di mana letak-Nya?
Duluku singkirkan
Pasang setiap perisai
Hantam segala serangan
Hunusan tajam jadi membengkok
Karena kuatnya sekuat baja
Tegap kekar senjata hatinya
Kini pelita keraguan mencuat
Mengapa ini?
Tak ada daya lagi
Banjir mengaliri pipi
Sengatan ribuan alphabet amarah
Menjadikanku layu
Aku menepi lagi
Sadar diri ini hanya secuil
Aku ini ciut
Ciut dihadap-Nya!
PULAU
Pulau tak berpenghuni itu
Ingin kusinggahi
Menyendiri
Memerangi hitamnya hati
Menginsyafi kehinaan diri
Pulau tak berpenghuni
Di manakah itu?
Dulu…
Menari di bawahnya tangis
Tertawa di bawahnya fakir
Menangis di atasnya yang lumpuh sembuh
Berang di atasnya yang miskin makan
Akukah itu ?
Ya….
Pulau tak berpenghuni
Panggillah aku
Karena aku tak punya daya lagi
Biar terbakar saja sekalian
Bodohnya aku….
1, 2, 3, 4,…..
Satu dua tiga empat
Patuh
Dan
Taat
Ingat
Jangan ambil pusing!
Satu dua tiga empat
Tutup
Lah
Telinga
Rapat-rapat
Acuhkan saja Dia!
Satu dua tiga empat
Aku
Pinta
Setia
Di tempat
Yang diingat bisikanku saja
Satu dua tiga empat
Kau
Memang
Raja
Kampret
Setan!!!
Satu dua tiga empat
Aku
Tak
Kan pernah
Ingat!
Bisikan yang BANGSAT!
CERITA SEDIHKU!
Debu menari-nari riang sekali
Derap melaju
Rintihan dahaga
Kini aku mulai menepi
Jamnya ke angka empat
Aku lapar!
Namun,
Melesat melihatnya!
Lunglai merintih
Lemah membungkuk
Hitam tersudut
Luka terbalut
Lusuh…
Menjerit hati ini
Aku mengiba!!!
Apa daya
Yang dua setengah lembar ini
Harapan pupus sudah
Tak ada kesempatan
Beri sunggingan sedikit
Di sudut bibirnya yang kelu
Arghhh…..
Tangisku menyeruak dalam hati
Namun, mengapa ada yang kampret!
Dasar orang gila!
Dia gontai saja sambil bercanda-canda
Melenggang tak berdosa
Setelah
PRANG….
Si Bapak terseot menarik cepat
Baskom recehan tercampak
Berhamburan logam-logam keringatnya
Brengsek…..
Kau manusia!!!
Maaf Pak!!!
KAU , ANJING, DAN PELACUR
Pelacur saja tak peduli
Mencari makan menjual diri
Yang katanya untuk anak tak berayah ini
Anjing saja tau diri
Menjilat-jilat makanan busuk di tong sampah
Tuk kenyangkan perutnya
Apalagi KAU!
Si sempurna
Yang mampu asal mau
Tapi KAU memang tak punya malu!
Tak mau dan pasti murka kau jika dikatai kalah
dengan seorang pelacur dan seekor anjing
PEMALAS!
TERIMA KASIH KEHIDUPAN
Terima kasih pada kehidupan,
Yang telah beri arti, semangat, harapan bahkan cinta!
Aku hidup untuk setiap batu-batu yang menghadang
Tersandung, namun siap ‘tuk bangkit lagi.
Duka-duka yang melekat bagai getah pohon yang masih kan membekas,
Tawa-tawa bahagia menjadi penantian dalam setiap harinya
Tiada hidup tanpa tangan-tangan sayang bunda
Kasihnya, doanya, bahkan setiap amukannya adalah ada karena cinta
Takkan ada hidup juga tanpa cinta-cinta lelaki
Semuanya terlewati…
Kuberi cinta, kudapat cinta.
Kulepas cinta mereka, mereka pun pergi tuk lepaskan cintanya
Walau itu adanya, tak pernah ada penyesalan dalam batin...
Hari-hari hidup penuh pengharapan
Untuk lebih nikmati karunia-Nya
Ingin terus rasakan bahagia dunia dengan tetap ingat akan Dia
Harap ‘tuk dapat lewati canda tawa bersama mereka yang disebut sahabat
Aku juga ingin rasakan nikmatnya rezeki diri
Aku tlah lalui seperempat hidup dengan cinta, semangat, tapi masih terus penuh pengharapan…
Semoga hidup tetap hidup berjalan bersama-Nya!!
SAAT TAK TAHU
Bertanya pada kaca, hanya ada muka kebingungan
Bertanya pada pena, hanya tulisan kacau jawabnya
Bertanya pada siapa?
Tak akan mengerti, tak akan dapat mengerti
Siapa dia dihati
Adakah untuknya
Kenyataan hati yang mencintai?
Aku tak ingin bertnaya pada kaca lagi
Ataupun pada pena lagi
Haruskah kutanya pada Dia?
Yang paling tahu segalanya
Takutku dengan jawaban,
yang berarti tak harus ada cinta
dan pergi saja dari cinta semu itu…
cinta semu yang hanya menjadi cermin kebahagiaan saja
namun tak nyata bila tersentuh
Itukah jawabnya??
Hancurku… saat tak tahu apa jawabnya.
PAHIT
Penat hati
Belum lepas… hingga kini!
Kucari terus hingga berlari
Ke dalam mimpi-mimpiku jawaban yang tak pasti
Akankah sesuatu itu datang sendiri?!
Datang hadir…
Menghapus penat
Penat, pekat, kelat jadi satu
Menghantam hati ini hingga begitu pahit!
Sakit…amat sakit!!
Tak tahan aku menjilatnya, menelan semua
Ingin aku meludahkannya hingga terbuang ke dalam lubang terdalam
Haruskah aku berteriak?
Dan muntahkan segala kepahitan ini?
Dan dapatkah ada tanya,
Akankah ada gula tuk menjadikannya manis???
2 komentar:
Wooow, nggak banyak wanita yang cerdas seperti Iema melayang-layangkan logika dan intuisi jadi karya menkajubkan seperti ini. Jerih payahmu luar biasa sekali...
Selamat..!
Yan Nainggolan
waaaaw.... pujian yg melambungkan aku yaan.... hehehhee... mauliate godang...
tujuannya cuma satu mengembangkan, membuka, dan membagi imajinasi...^^
Posting Komentar